Tempat Wisata di Sumatera Utara Indonesia Rasa Mancanegara

Dari dulu, Indonesia sudah terkenal sebagai negara yang kaya banget, punya banyak kekayaan alam dan budaya yang unik dan menarik untuk dikulik. Itu sebabnya kenapa banyak turis yang tertarik untuk menjelajahi pulau-pulau di Indonesia.

Nggak kalah menarik dengan provinsi lain, Sumatera Utara juga punya tempat wisata rasa mancanegara. Bukti kalau dulunya tempat ini populer di kalangan penjelajah asing.

Kampung Madras, Medan

Kampung Madras juga terkenal dengan sebutan “Little India”. Sejak 1873, tempat ini dihuni oleh orang Indonesia keturunan India dari berbagai etnis seperti Tamil, Sikh, Punjab, dan Cheyttar. Tempat ini masih mempertahankan budaya Indianya, walaupun sekarang sudah banyak orang dari berbagai etnis seperti Tionghoa dan Melayu yang menempati Kampung Madras. Nama daerah di sekitarnya juga masih bernuansa India, seperti Kelurahan Madras dan Jl. P. Nehru.Â

Di Kampung Madras ada 2 kuil berwarna kuning keemasan. Kedua bangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah umat beragama Hindu dan Sikh. Tempat ini dibuka untuk umum pada pukul 4 sore dan nggak dipungut biaya untuk masuk ke tempat ini. Salah satu kuil yang tertua dan terbesar di sini adalah Kuil Sri Mariamman yang sudah berdiri sejak 1884. Kuil ini berisi puluhan patung dewa dari India.

Selain kuil, kamu bisa belanja makanan khas India seperti martabak. Dan bagi kamu pencinta film bollywood juga bisa belanja kaset lagu maupun DVD film India, kain sari, bahan makanan, perlengkapan kecantikan, dan perlengkapan sembahyang. Uniknya, barang-barang tersebut dijual oleh orang keturunan India juga.

Kalau kamu mau mampir, kamu bisa pergi ke Jl. Zainul Arifin, Kecamatan Madras, Kota Medan. Nggak susah untuk ditemukan karena tempat ini berada di pusat kota, tepatnya di dekat Sun Plaza.

 

Tjong A Fie

tjongafie:tjongafiemansion.com

Doc: Tjongafiemansion.com

Medan memiliki penduduk yang multietnis. Salah satu etnis yang ikut mewarnai keberagaman ibu kota Sumatera Utara ini adalah etnis Tionghoa. Di Medan, ada sosok Tionghoa yang sangat terkenal bernama Tjong A Fie. Ia adalah saudagar terkenal dari Tiongkok yang menetap di Medan sejak 1875. Tjong A Fie adalah pengusaha, bankir, dan kapitan yang berperan besar di masa lalu. Karena peran besar dan punya koneksi dengan orang yang berpengaruh di daerah tersebut, Tjong A Fie diangkat sebagai ketua etnis Tionghoa di Medan.

Kediaman Tjong A Fie adalah bangunan yang besar dengan banyak ruangan dan peninggalan. Kamu bisa mengunjungi tempat ini dari pukul 8 pagi hingga 5 sore. Harga tiket masuknya sebesar Rp35 ribu untuk umum dan Rp20 ribu untuk pelajar. Tiket masuk ini untuk membayar pengelola dan tour guide yang akan siap menjelaskan sejarah yang ada di sini. Di sini banyak barang-barang yang bersejarah seperti keramik, pajangan, dan kursi kuno.

Nggak susah menemukan tempat ini, karena berada di tengah kota. Tepatnya, di Jl. Jendral Ahmad Yani, nggak jauh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Medan. Tempat ini juga mudah ditemukan karena gapura dan bangunannya yang besar.

Istana Maimun

Siapa sangka, bangunan bernuansa islami ini dirancang oleh arsitek asal Italia bernama Ferari yang dibangun oleh Sultan Deli. Tempat ini dirancang dengan interior unik. Perpaduan kebudayaan Melayu, Islam, Spanyol, India, dan Italia.

Bangunan yang berjarak 10 kilometer dari bandara Medan ini adalah bangunan megah yang terdiri dari 2 lantai. Lalu, dibagi menjadi 3 bidang yaitu ruang induk, sayap kanan dan sayap kiri. Ruang induk atau Balairung Sri adalah ruangan untuk acara tradisi kerajaan, penerimaan tamu, atau penobatan Sultan Deli. Di sini juga terdapat senjata tua dan foto-foto keluarga Sultan Deli. Masjid ini memiliki banyak ruangan tempat penyimpanan perabotan bergaya Eropa seperti lemari, kursi, dan lampu kristal.

Kamu bisa melihat-lihat koleksi keluarga Sultan Deli pada pukul 8 pagi hingga 6 sore, di Jl. Brigjen Katamso, Kelurahan Sukaraja. Tiket masuk tempat ini pun terbilang murah, yaitu Rp5 ribu untuk menghargai jasa pengelola istana.

Masjid Raya Medan

Warga beraktivitas di sekitar Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun di Medan, Sumut, Jumat (28/6). Objek sejarah yang dibangun pada pemerintahan Sultan Ma'moen al Rasyid Perkasa Alamsyah IX dari Kesultanan Deli itu menggunakan gaya arsitektur perpaduan Timur Tengah, India dan Eropa yang kini memasuki usia 107 tahun. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ss/Spt/13

Doc: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ss/Spt/13

Bangunan yang berdiri sejak 1900-an ini menonjolkan arsitektur khas Timur Tengah, India, dan Spanyol. Walaupun dibuat dengan nuansa 3 negara tersebut, bangunan ini dibuat oleh arsitek asal Belanda bernama Van Erp. Van Erp adalah arsitek yang juga bergabung dalam proses restorasi Candi Borobudur. Bahan bangunan dan corak yang dipakai juga berasal dari berbagai negara lain seperti Italia, Jerman, Tiongkok, Prancis dan Maroko.

Masjid ini berbentuk segi delapan yang tidak beraturan, dengan sayap di bagian utara, selatan, timur, dan barat. Di dalam bangunan yang megah ini, terdapat ruang utama sebagai tempat salat, tempat wudhu, gerbang masuk, dan menara.

Kamu tetap bisa berkunjung ke masjid berkubah hitam ini, walaupun kamu nggak beragama Islam. Tempat ini terletak di Jl. Sisingamangaraja, tepatnya 200 meter dari Istana Maimun. Untuk masuk ke sini, kamu nggak perlu membayar tiket masuk.

 

Maha Vihara Adhi Maitreya

vihara mitreya

Tempat ini adalah salah satu Vihara yang memiliki nuansa campuran Buddha dan Tionghoa. Maha Vihara Adhi Maitreya ini terletak cukup strategis di Jl. Cemara Boulevard Utara, Komplek Perumahan Cemara Asri, Medan. Nggak perlu membayar tiket masuk untuk masuk ke tempat megah ini. Kamu bisa bebas melihat arsitektur bangunan yang menggambarkan kebudayaan dan karakteristik ajaran Buddha Maitreya. Pada hari besar Tiongkok, kamu bisa menonton festival dan acara-acara yang menarik di sini.

Kamu bisa melihat tempat ibadah di depan vihara. Di bagian kiri vihara terdapat taman dengan desain khas Tionghoa. Taman ini juga dihias dengan kolam ikan koi serta taman burung bangau yang bermigrasi dari Eropa dan Australia. Di dalam vihara terdapat lukisan khas Buddha dan Tionghoa, serta 3 patung suci khas Buddha yang berwarna keemasan. Patung suci tersebut terdiri dari patung suci Sang Buddha, Dewi Kwan In, dan Hakim Bao.

Tempat ini terbagi menjadi 3 gedung utama. Gedung pertama terdiri dari Batiksala Umum yang merupakan tempat pemujaan Buddha Sakyamuni, Bodhisatva Avolokitesvara, dan Bodhisatva Satyakamala. Tempat ini hanya mampu menampung 1.500 orang, tapi memiliki wisma yang paling lengkap sebagai ruang rapat, ruang perkantoran, studio rekaman, dan dapur umum. Di sini juga ada fasilitas bermain untuk anak-anak di sebelah kanan gedung, restoran untuk vegetarian, dan toko suvenir. Di sini juga terdapat auditorium berkapasitas 130 orang.

Gedung kedua adalah area Baktisala Maitreya yang cukup menampung 2.500 orang. Dan gedung terakhir digunakan sebagai balai pertemuan berkapasitas 2.000 orang.

Taman Alam Lumbini

taman alam lumbini: Antara:IrsanMulyadi

Doc: Antara/IrsanMulyadi

Taman Alam Lumbini terkenal dengan replika Pagoda Emas Yangon yang terletak di Myanmar. Pagoda ini merupakan pagoda tertinggi di Indonesia dan replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara.

Taman Alam Lumbini terletak di Desa Tongkoh, Tanah Karo, Berastagi. Tepatnya, 50 kilometer atau 2 jam dari Kota Medan. Di daerah yang cukup sejuk ini, kamu bisa menemukan banyak kebun sayuran dan stroberi. Di sampingnya terdapat taman bunga dan patung bernuansa Buddha. Di sebelah kiri bangunan utama, kamu bisa melihat menara dengan puncak berbentuk bekisar. Nuansa Buddha makin terasa dengan relief dan patung-patung khas Buddha.

Sayangnya, di sini kamu nggak boleh makan dan minum. Tapi, di sini disediakan fasilitas yang cukup lengkap seperti toilet, taman rekreasi, area bermain anak, dan kios yang menjual suvenir dan makanan ringan. Fasilitas dan tempat rekreasi ini disediakan gratis. Kamu hanya perlu mengisi buku tamu.
Sudah terbukti kalau negara kita sangat kaya dan dicintai oleh banyak orang dari berbagai negara. Hal ini juga bisa menyadarkan kita kalau keberagaman di Indonesia sangat banyak, unik, dan menarik untuk disimak. Kamu juga bisa berkarya di sini dan nggak perlu pergi keluar negeri. Siapa tahu, dengan berkarya di dalam negeri, kamu juga bisa mengukir sejarah seperti Tjong A Fie.

Share