SUMUTTODAY–Tingkat pengangguran nasional di Amerika Serikat (AS) turun menjadi 6,3% pada Januari lalu.
Namun, penurunan itu belum merata, sehingga menunjukkan kondisi para pengangguran Negeri Paman Sam masih mengkhawatirkan.
Dikutip dari detikcom, menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat pengangguran jauh lebih rendah untuk para pekerja kulit putih, yakni 5,7%. Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell mengatakan, masih ada sejumlah kelompok yang tingkat penganggurannya jauh di atas rata-rata nasional.
Faktanya, tingkat pengangguran pekerja kulit hitam masih mencapai 9,2%, dan tingkat pengangguran para pekerja dari kaum Hispanik mencapai 8,6%.
“Ketika kami mengatakan total kebutuhan pekerjaan mencapai maksimum dari kebutuhan sebagai tujuan yang luas dan inklusif, kami tidak hanya melihat angka-angka utama,” kata Powell di hadapan Komite Perbankan Senat seperti yang dilansir dari CNN, Rabu 24 Februari 2021.
Di sisi lain, tingkat pengangguran wanita di atas usia 20 tahun sama dengan pria, yaitu 6%. Akan tetapi, angka tersebut tidak juga menggambarkan seluruh kondisi nyata. Pasalnya, pandemi telah memaksa banyak perempuan untuk keluar dari pekerjaannya dan mengambil tanggung jawab merawat keluarga. Orang-orang tersebut ternyata tidak dihitung dalam tingkat pengangguran.
Sementara itu, dari 140.000 pekerjaan yang hilang di AS pada bulan Desember, semuanya adalah pekerjaan yang dimiliki perempuan.
Powell berharap efek ini bersifat sementara, pasalnya nasib para pekerja ini juga berdampak penuh pada perekonomian negara. Pada intinya, Powell mengatakan semua kembali lagi pada penanganan krisis kesehatan COVID-19.
“Kebijakan yang menghentikan pandemi akan membantu,” tutur Powell.
Hal itu dikatakan Powell karena pada awal pembukaan sidang Komite Perbankan, Senator Pat Toomey mengatakan dia lebih suka The Fed tidak menyimpang dari tujuan inti, yaitu stabilitas harga dan lapangan kerja penuh untuk fokus pada ketidaksetaraan rasial dan perubahan iklim.
Powell sendiri mengakui kebijakan fiskal lebih tepat untuk menargetkan masalah ketimpangan, dia juga terus menekankan bahwa bantuan tambahan untuk beberapa kelompok masih diperlukan.
“Pemulihan ekonomi tetap tidak merata dan jauh dari selesai, dan jalan ke depan sangat tidak pasti.”Satu-satunya hal terbaik yang dapat dilakukan The Fed adalah menjaga kebijakan moneter tetap akomodatif,” paparnya.
The Fed telah berulang kali menyatakan tidakakan menaikkan suku bunga karena situasi pengangguran masih parah, dan inflasi tidak mendekati targetnya sekitar 2%. Meski begitu, menurutnya inflasi bisa meningkat jika ekonomi dibuka kembali sepenuhnya tahun ini. Ekspektasi ini menyebabkan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury dalam beberapa hari terakhir, yang pada gilirannya menyebabkan beberapa goyangan di pasar saham. Harga dan hasil obligasi bergerak terbalik satu sama lain.(mg1/detikcom)