Sebuah kelompok bantuan internasional mendesak warga Australia untuk berbuat lebih banyak dalam membantu masyarakat Indonesia yang tengah berupaya untuk pulih dari bencana alam di Palu Sulawesi Tengah dan Lombok.
Jumlah korban tewas di Palu, Sulawesi Tengah telah meningkat menjadi 1.550 orang setelah gempa bumi berkekuatan 7,5 yang memicu tsunami menimpa kawasan itu akhir bulan lalu.
Lebih dari 70.000 orang telah dievakuasi dan ribuan lainnya terluka atau hilang.
Peristiwa ini menyusul serangkaian gempa kuat di pulau Lombok yang menewaskan hampir 500 orang pada bulan Agustus.
Gempa Lombok bisa dirasakan hingga ke pulau tetangga, Bali, di mana seorang wanita asal New South Wales, Susan Loch sedang menikmati makan malam di sebuah restoran bersama keluarganya.
“Para staf meneriaki kami ‘gempa, lari,'” kata Loch.
“Saya merasa kakiku mulai bergetar dan adikku merasakan lantai bergerak.”
Susan Loch, dari Mollymook di South Coast, New South Wales, mengatakan dia tidak pernah mengalami gempa sebelumnya.
“Itu sangat menakutkan. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi dalam lima menit ke depan, jam berikutnya, keesokan harinya,” katanya.
Prihatin dengan kehancuran yang dilaporkan, Susan Loch kembali ke Bali pada bulan lalu untuk mengirimkan 10 perangkat pemurnian air kepada penduduk setempat yang masih dalam pemulihan dari bencana.
“Ini tindakan yang tidak seberapa tetapi akan memberi mereka air minum segar,” katanya.
“Mereka sangat bersyukur, mereka tidak bisa cukup berterima kasih.”
Kunjungan terakhir Susan Loch ke Indonesia bertepatan dengan tsunami dahsyat di Sulawesi.
“Saya kira orang Australia tidak menyadari tingkat kerusakannya. Itu akan membuat hati anda sangat pilu,” katanya.
“Banyak dari kita bepergian ke Bali dan kita hanya perlu membantu mereka.”
Warga Australia didesak untuk tidak tutup mata
Waves for Water adalah organisasi nirlaba yang menawarkan air bersih bagi masyarakat yang membutuhkan di seluruh dunia.
Manajer proyek organisasi amal Australia ini, Kain Sissons, telah mengirimkan perangkat paemurnian air dari organisasinya ke kawasan yang terkena dampak bencana gempa di Indonesia.
Peselancar asal Wollongong, NSW ini mengaku dirinya terkejut dengan tingkat kehancuran di Palu Sulawesi Tengah dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Puing-puing bangunan di mana-mana, bangunan-bangunan rata dengan tanah, banyak rumah setengah berdiri dan penduduk setempat tidur di tenda di luar rumah mereka atau di kamp-kamp pengungsi,” katanya.
“aMeskipun saya bekerja dengan LSM dan berhubungan dengan orang-orang untuk bantuan bencana, saya benar-benar tidak bisa berkata-kata begitu tiba disana dan melihat sendiri seberapa buruk situasi di kota itu. ”
Kain Sissons mengatakan banyak orang Australia tampaknya tidak menyadari kerusakan yang terjadi di wilayah yang menjadi tujuan wisata yang populer bagi warga Australia itu.
“Ini merupakan taman bermain kami, itu halaman belakang kami,” katanya.
“Kami kerap mengunjungi Lombok, apakah itu untuk liburan keluarga setahun sekali atau perjalanan berselancar.
“Kurasa kita seharusnya tidak menutup mata.”
Dia sekarang menyerukan kepada warga Australia untuk tidak meninggalkan berwisata ke pulau Lombok itu tetapi mempertimbangkan apa yang bisa diperbuat lebih banyak untuk ikut membantu.
“Pariwisata adalah bagian penting bagi perekonomian masyarakat Lombok, tetapi ketika saya bepergian melalui Lombok, resort di sana kosong,” katanya.
“Tidak ada orang asing di sana yang berarti tidak ada uang yang datang untuk penduduk setempat.
“Jadi, kita bisa berbuat lebih banyak, kita [harus] berbuat lebih banyak.”